
Menurut pengakuan seorang guru sebagaimana dikutip Kompas com mutasi itu dilakukan lantaran para guru terlalu kritis mempertanyakan dana sumbangan pendidikan (DSP) dari para orang tua murid pada Juli 2009.
"Yang membuat kami bingung, kepala dinas setempat tidak mengetahui mengenai mutasi ini. Jika tidak mengetahui ini, berarti mutasi yang diberikan kepada kami tidak normal dan cacat hukum, untuk itu kami mempertanyakannya," ungkap salah satu guru kepada Kompas.com, Selasa (5/10), di Jakarta.
"Kepala dinas hanya menyuruh kami tetap menunggu dan diam saja di RSBI SMAN 1 Purwakarta. Tidak usah pergi ke sekolah lain untuk mengajar. Jadi, sekarang ini kami tetap pergi ke sekolah tetapi tidak mengajar," lanjutnya.
Persoalan mutasi tersebut, kata dia, memang sudah dilaporkan kepada Bupati Purwakarta, Dedy Mulyadi, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), serta dinas pendidikan setempat. Hanya, sampai saat ini laporan mereka tidak ada respon.
Lebih ironis lagi, kata dia, pernah para guru tersebut diundang dalam sebuah rapat internal. Di rapat itu, lanjut dia, kepala sekolah meminta maaf kepada 12 guru yang dimutasi ini. Anehnya, keesokan harinya muncul berita di surat kabar, yang isinya para guru tersebut melakukan kesalahan.
"Lho, kok, jadi dibalik seperti ini, seakan-akan kami, para guru, yang salah," tegasnya.Diberitakan sebelumnya di Kompas.com, Selasa (5/10), sebanyak 12 guru SMAN RSBI 1 Purwakarta, Jawa Barat, mengalami mutasi massal secara sewenang-wenang karena mengkritisi uang dana sumbangan pendidikan (DSP) yang diberikan oleh para orang tua murid.
"Menurut data real yang diterima, DSP itu sebesar Rp 1.207.100.000, namun kepala sekolah mengaku kepada kami bahwa yang diterima hanya Rp 800 juta saja. Itu terjadi pada bulan Juli 2009. Kemudian, dari situ mulailah ada pergunjingan," ungkap salah satu guru RSBI SMAN 1 Purwakarta yang mengalami mutasi tersebut kepada Kompas.com di Jakarta, Selasa (5/10).
DSP Sampai Rp 15 Juta
RSBI SMAN 1 Purwakarta merupakan sekolah unggulan di Purwakarta. Tidak heran, banyak orang tua murid merogoh kocek hingga jutaan rupiah. Salah satu dari 12 guru yang dimutasi oleh pihak sekolah tersebut karena terlalu kritis buka suara.
"Saking ingin memasukkan anaknya ke sini, orang tua rela membayar dana sumbangan pendidikan (DSP) sebesar Rp 15 juta," ungkap guru RSBI SMAN 1 Purwakarta tersebut kepada Kompas.com, Selasa (5/10/).
Dulu uang DSP, kata dia, ditentukan setelah peserta didik dinyatakan telah diterima pihak sekolah, namun sekarang sudah berubah.
"Sebelum pengumuman penerimaan siswa baru ada wawancara dengan orang tua, di situ ditanya oleh pihak sekolah orang tua tentang jumlah sumbangannya, karena ini RSBI," ungkapnya.
Lebih lanjut mengatakan, orang tua pasti akan berpikir, otomatis jika bayar lebih maka peluang masuk SMAN ini akan semakin besar. kompas. com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar