
"Rosihan Anwar sangat konsisten di bidangnya hingga ajal menjemput," kata Rio Setiawan, Ketua Himpunan Praktisi Radio dan Online (HIPRO) kepada Okezone, Kamis (14/4).
Menurut Rio, pascareformasi banyak sekali wartawan-wartawan yang keluar jalur. Mereka banyak sekali yang berganti haluan dan menanggalkan baju kewartawanannya. Pada intinya, Rosihan tidak menyebrang dari jalurnya dan mempertahankannya.
Bahkan, sikap idealismenya selalu mewarnai bangsa ini. Meski tidak mengekor kepada kekuasaan namun Rosihan Anwar dapat membina hubungannya dengan kalangan atas. Tak hanya itu, dengan kalangan bawah pun hubungannya sangat baik.
"Kalau boleh usul, sosok Rosihan Anwar dapat disebut sebagai Bapak Media di Indonesia," ujar Rio. Alasannya, lanjut Rio, tulisan-tulisan karya jurnalistiknya banyak mewarnai karakter-karakter media di Indonesia.
Seperti diberitakan sebelumnya, Rosihan Anwar meninggal sekira pukul 08.15 WIB di Rumah Sakit MMC Jakarta pada usia 88 tahun. Seperti diketuhui wartwan senior ini hidup di multi zaman. Di masa perjuangan, ia pernah disekap di Bukit Duri, Jakarta Selatan. Di masa Presiden Soekarno, koran Pedoman miliknya ditutup oleh rezim tersebut pada tahun 1961.
Di masa peralihan Orde Baru, Rosihan mendapat anugerah bintang Mahaputra III bersama tokoh pers, Jakop Oetama. Sayangnya, sekurang satu tahun Rosihan mendapat gelar tersebut, Koran Pedoman miliknya juga ditutup oleh rezim tersebut. okezone
Tidak ada komentar:
Posting Komentar