Laman

HARTATI DIDUGA MENYUAP UNTUK JEGAL BISNIS ANAK AYIN *** DUA ANAK BUAH HARTATI MURDAYA TERANCAM LIMA TAHUN PENJARA *** ATURAN RSBI HARUS LEBIH RASIONAL DAN REALISTIS *** WASPADA, BANYAK JAMU DICAMPUR BAHAN KIMIA OBAT! *** BNPT: 86 % MAHASISWA DI 5 UNIVERSITAS TENAR DI JAWA TOLAK PANCASILA *** BNPB ALOKASIKAN RP80 MILIAR UNTUK PENANGGULANGAN KEKERINGAN ***

Kamis, 22 Desember 2011

Tujuh Petani Peserta Aksi di Istana Masuk UGD


aksi jahit mulut para petani
JAKARTA, ReALITA Online — Tujuh petani yang ikut aksi di depan Istana Negara menuntut penyelesaian masalah agraria masuk unit gawat darurat. Mereka didiagnosis mengalami kekurangan cairan dan gizi setelah hampir dua minggu ini menginap di DPR.
"Mereka ingin kembali ke DPR," kata Yoris Sindhu Sunarjan, Ketua Serikat Tani Nasional, Kamis (22/12/2011), yang mendampingi para petani yang dirawat di unit gawat darurat. Para petani itu adalah Purwati (47), Yahya (47), Muslim (47), Sulastra (37), Jumani (30), Musofa (26), dan Mesri (43).
"Mulai aksi pukul 13.00, tidak lama kemudian dua orang pingsan," cerita Yoris. Aksi pun tidak lama kemudian dihentikan. Setelah diperiksa, ternyata ada tujuh orang yang sakit. Mereka dibawa ke RSCM sekitar pukul 16.30.
Para petani tersebut terdiri atas suku Anak Dalam Bathin Bahar yang menuntut pengembalian tanah adat mereka yang masuk dalam hak guna usaha (HGU) PT Asiatik Persada.
Ada juga warga Pulau Padang yang lahan pertaniannya masuk wilayah hutan tanaman industri (HTI) yang diberikan Kementerian Keuangan kepada PT Riau Andalan Pulp & Paper (RAPP).
Mereka menuntut pencabutan Surat Keputusan (SK) Menteri Kehutanan Nomor 327 Tahun 2009 yang memberi izin operasional bagi RAPP mengelola sepertiga wilayah Pulau Padang menjadi hutan akasia.
Sebagai bentuk protes, 18 petani Pulau Padang melakukan aksi jahit mulut sejak Senin (19/12/2011). "Tuntutan umunya, agar dibentuk komisi nasional untuk menyelesaikan 80.000 masalah agraria yang ada di Indonesia," kata Yoris.  kompas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar