Laman

HARTATI DIDUGA MENYUAP UNTUK JEGAL BISNIS ANAK AYIN *** DUA ANAK BUAH HARTATI MURDAYA TERANCAM LIMA TAHUN PENJARA *** ATURAN RSBI HARUS LEBIH RASIONAL DAN REALISTIS *** WASPADA, BANYAK JAMU DICAMPUR BAHAN KIMIA OBAT! *** BNPT: 86 % MAHASISWA DI 5 UNIVERSITAS TENAR DI JAWA TOLAK PANCASILA *** BNPB ALOKASIKAN RP80 MILIAR UNTUK PENANGGULANGAN KEKERINGAN ***

Kamis, 22 Desember 2011

Hasil JICA Bandara Internasional di Karawang, Kertajati Tetap Prioritas


ilustrasi bandara internasional
BANDUNG, ReALITA Online — Kekhawatiran mundurnya realisasi Bandara Internasional di Kertajati Majalengka, Jawa Barat, membuat DPRD Provinsi Jabar mulai melirik wacana Bandara Internasional Karawang (BIK). Namun BIK itu nantinya bukan saingan BIJB Kertajati, tapi sebagai pendukung Bandara Soekarno-Hatta yang sudah kelebihan kapasitas.
Deden Darmansyah Komisi A Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD Jabar menuturkan, wacana BIK itu seyogianya jadi pertimbangan Kementrian Pekerjaan Umum, Pemprov Jabar dan Pemkab Karawang. "BIK ini didukung kajian dan penelitian dari Japan International Coorperation Agency (JICA). Hasil penelitian JICA merekomendasikan bahwa perbukitan Karawang sangat cocok dijadikan Bandara Internasional," ujarnya kepada wartawan, Rabu (21/12/2011).
Deden membeberkan, kajian JICA bahwa BIK didesain memiliki empat landasan pacu. Bandara itu diproyeksikan akan mampu menampung 90 juta penumpang setiap tahun. "BIK menjadi alternatif pendaratan pesawat-pesawat domestik dan luar negeri di luar Bandara Soekarno-Hatta. Bisa juga sebagai penunjang Bandara Soekarno-Hatta," tuturnya.
Apabila semuanya berjalan lancar, pembangunan BIK dimulai tahun 2014 dan bisa beroperasi mulai tahun 2019. Dalam Rancangan Anggaran Biaya, pembangunan BIK murni APBN sekitar Rp 35 triliun.
 "Sementara porsi Pemprov Jabar dan Pemkab Karawang dalam pembangunan adalah aerocitynya," kta Deden.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jabar Deni Juanda Puradimaja memaparkan, studi JICA ada tujuh lokasi calon Bandara Internasional. Patokannya 100 km dari Pusat Kota Jakarta (Monas). Lokasi-lokasi itu adalah satu di Muara Gembong Bekasi, dua di Karawang (di kawasan kombinasi pantai-sawah, dan kawasan perbukitan), dan dua lokasi di Kopo, serta satu lokasi di Pantai Banten.
"Dari hasil evaluasi, skor tertinggi perbukitan di Karawang. Itu yang dipaparkan JICA pada 15 September lalu," katanya.
Pada kesempatan yang berbeda, Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Barat, Dicky Saromi, membenarkan wacana pembangunan Bandara Internasional Karawang.  Menurutnya, hal itu didasari penelitian sementara dari JICA yang kajiannya baru rampung pada Maret 2012 mendatang.
Rencana pembangunan BIK tersebut diungkapkan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Herri Bakti, dalam rapat 29 November silam di Jakarta.
"Pak Herri meminta Jabar untuk sama-sama peduli dan khawatir tentang perkembangan penumpang di Bandara Soekarno-Hatta yang sudah over kapasitas. Bandara Soekarno-Hatta didesain untuk menampung juta penumpang per tahun. Namun sekarang sudah lebih dari 41 juta penumpang dengan pertumbuhannya 19 persen per tahun. Karawang dipilih karena menyesuaikan Metropolitan Priority Area yang salah satu poinnya radius perjalanan terjangkau maksimal 100 kilomter. Dan Karawang memenuhi kriteria itu," jelas Dicky via telfon seluler seperti dikuti PRLM , Rabu petang.
Dalam hal itu, Jabar akan mendukung, tentunya harus disertai studi teknis dan kelayakan yang dikaji oleh JICA. Namun, untuk mewujudkan rencana itu, tidak mudah.
"Banyak hal yang perlu dilakukan. Di antaranya beberapa penyesuaian terhadap rencana dan kebijakan yang sebelumnya tidak mencantumkan bandara di Karawang.Seperti RTRW, MP3EI (Masterplan Percepatan Perkembangan Pembangunan Ekonomi Indonesia), tatanan kenbandar udaraan nasional dan sebagainya. Perlu ada perbincangan lebih lanjut," sebut Dicky.
Mengenai BIJB Kertajati Dicky menegaskan, projek tersebut menjadi prioritas utama. Pasalnya, secara perizinan, aturan, RTRW, MP3EI, semuanya sudah memenuhi syarat.
 "Dalam rapat di Kementrian Perhubungan pada 29 November, kesimpulan rapat juga menegaskan bahwa BIJB tetap jalan dan diprioritaskan," ujarnya.
Menurut Dicky, BIJB menjadi prioritas karena mengatasi kepesatan jumlah penumpang udara di Bandung, Jabar, bagian timur dan Jateng bagian barat seperti Brebes, Pekalongan, dan sekitarnya.
 "Pemerintah pusat pun sangat memandang penting berdirinya BIJB ini. Apalagi sudah didukung tol Cikampek-Palimanan dan Cisumdawu. Jadi kepada Bupati Majalengka tidak perlu ada yang dikuatirkan. Malah kita harus lebih bersemangat karena BIJB sudah memenuhi peraturan mulai dari RTRW Provinsi, MP3EI, dan Kementrian Perhubungan," tandasnya. Copyright:Cie,Sumber:RLM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar