![]() |
| ilustrasi perayaan natal |
JAKARTA, ReALITA Online — Uskup Agung
Jakarta, Ignatius Suharyo mengomentari fenomena korupsi di Indonesia.
Menurutnya, korupsi jalan terus karena etika dalam berpolitik tidak dijunjung
tinggi.
"Etika
politik di negeri tidak dijunjung tinggi, ada penulis yang menulis bahwa negara
ini negara centeng, itu bukan suatu rahasia, bukan suatu umpatan, menjadi judul
rangkaian penelitian yang cermati sosial politik ekonomi negeri ini," kata
Ignatius seusai memimpin misa Natal di Jakarta, Minggu (25/12/2011).
Tentunya, kata
dia, kondisi tersebut tidak diharapkan berlangsung terus menerus. Uskup
berharap agar negara ini dapat dipimpin undang-undang dasar dan pancasila,
bukan dipimpin kekuasaan yang direbut dari uang.
Seperti pesan
natal yang bertema "bangsa yang berjalan telah melihat terang besar",
sebuah bangsa yang berjalan dalam terang adalah bangsa yang dipimpin tujuan
mulia. Bangsa yang berkembang lebih baik. "Yang dipimpin hidupnya dengan
pancasila, bukan pancasila yang dimanipulasi, dipelesetkan, tapi nilai-nilai
dasar hidup sebagai masyarakat dan bangsa," kata Ignatius.
Sementara
bangsa yang berjalan dalam kegelapan, katanya, adalah bangsa yang tidak
terhormat, membiarkan dirinya diarahkan oleh gengsi. "Gengsi itu bukan
kehormatan yang bermanfaat, meraih kekuasaan demi kekuasaan, padahal kekuasaan
itu demi pengabdian," ujar Ignatius.
Hal yang
demikian itu, katanya, akan bermuara pada keserakahan. "Kalau orang
berusaha berebut kekuasaan dengan kekuasaan, ujung-ujungnya uang. Muara dari
semua itu keserakahan. Keserakahan itu berhala. Orang yang tidak terhormat itu
menyembah berhala," ucapnya.
Pada perayaan
Natal hari ini, Ignatius juga berharap agar semakin banyak umat kristiani yang
dituntun hidupnya dengan terang, sehingga kekuasaan, gengsi, dan keserakahan,
akan terhapus pelan-pelan. kompas

Tidak ada komentar:
Posting Komentar