Laman

HARTATI DIDUGA MENYUAP UNTUK JEGAL BISNIS ANAK AYIN *** DUA ANAK BUAH HARTATI MURDAYA TERANCAM LIMA TAHUN PENJARA *** ATURAN RSBI HARUS LEBIH RASIONAL DAN REALISTIS *** WASPADA, BANYAK JAMU DICAMPUR BAHAN KIMIA OBAT! *** BNPT: 86 % MAHASISWA DI 5 UNIVERSITAS TENAR DI JAWA TOLAK PANCASILA *** BNPB ALOKASIKAN RP80 MILIAR UNTUK PENANGGULANGAN KEKERINGAN ***

Senin, 09 Januari 2012

Penyalur TKI Berang Soal Otopsi Tarlem


Awes disamping jenazah istrinya, Tarlem
JAKARTA, ReALITA Online — BNP2TKI mewakili pihak pemerintah menyatakan tidak berkeberatan dengan dilakukannya otopsi atas jenasah Tarlem binti Unus Tajeum (43), TKI yang meninggal di Amman, Yordania. Justru Perusahaan Penyaluran Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) yang menunjukkan ketidaksukaan atas inisiatif keluarga melakukan otopsi di RS Cipto Mangunkusumo (RSCM).
"Ini tidak menghargai pemerintah. Pemerintah maunya langsung dibawa ke rumah keluarga," kata Abdul Barri, Direktur Operasi PT Delta Rona Adiguna, perusahaan yang menyalurkan Tarlem kepada wartawan di RSCM, Minggu (8/1/2012).
Abdul berkali-kali terlihat terlibat silang pendapat dengan Elly Anita, staf Migrant Care yang mendampingi keluarga almarhumah. Ia sempat menganggap pihak keluarga tidak tahu berterima kasih. Pasalnya, walaupun pihaknya telah membantu dengan menyediakan mobil jenasah, keluarga tetap bersikeras menolak permintaan mereka untuk langsung membawa jenasah ke kampung halaman Tarlem di Subang.
"Ini ambulans dari perusahaan. Sudah bagus kami membantu mereka," kata Abdul ketus. Ia bahkan sempat menunjukkan sikap tidak simpatik dengan mendatangi suami almarhumah, Awes (44) dan keponakannya, Ali Luftie, dan melontarkan kata-kata kasar kepada pria yang sedang berduka itu.
"Kamu tidak tahu saya siapa? Tidak ada satu pun TKI yang diberangkatkan saya tidak tahu siapa saya," kata Abdul.
Sebelum Awes menanggapi, Elly Anita berupaya menengahi. Ia meminta Abdul untuk menunjukkan simpati pada keluarga. Selain itu, ia mengingatkan bahwa ada banyak wartawan yang saat itu sedang mewawancarai pihak keluarga Tarlem. "Sampeyan bukan siapa-siapa, bukan artis, bukan tokoh terkenal. Kenapa maksain orang harus kenal sampeyan," jawab Elly.
Elly kemudian menjelaskan, sudah menjadi tanggung jawab PPTKIS untuk mengantar jenazah sampai ke rumah keluarga. Termasuk di dalamnya, mengantar ke rumah sakit jika dibutuhkan. Pihak keluarga juga menduga telah terjadi pemalsuan dokumen TKI atas nama Tarlem. Pasalnya, pada dokumen PPTKIS disebutkan Tarlem berusia 31 tahun. Hal serupa terlihat pada Paspor Tarlem yang menunjukkan tanggal kelahiran Tarlem 10 Oktober 1980.
Hal serupa terlihat pada surat izin mengangkut jenazah yang dikeluarkan Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Bandara Soekarno-Hatta. Kejanggalan lain terlihat saat seorang yang mengaku sebagai utusan BNP2TKI mendatangi kediaman Awes untuk menanyakan alamat TKI bernama Yanti binti Endang yang dinyatakan meninggal dunia. Alamat Yanti ternyata sama dengan alamat Tarlem di Dusun Krajan, RT/RW 03/01 Desa Sukaraji Kecamatan Ciasem, Subang, Jawa Barat.
Almarhumah Tarlem sendiri pada kartu keluarga (KK) yang dimiliki Awes tercatat kelahiran Subang, 12 November 1968, yang artinya berusia 43 tahun. "Enggak mungkin 31 tahun. Anak kami sudah berusia 20 tahun. Apa mungkin dia melahirkan waktu masih 10 tahun," sangsi Awes. Jenazah Tarlem saat ini sedang disemayamkan di RSCM.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar