Naga Air |
JAKARTA, ReALITA Online — Kesibukan warga
keturunan Tionghoa meningkat akhir-akhir ini. Mereka sedang bersiap menyambut
tahun baru Imlek pada 23 Januari mendatang. Di berbagai pusat pertokoan, rumah
makan, dan di jalan-jalan, bermunculan ucapan Gong Xi Fa Cai, istilah
khas yang sering terdengar memasuki tahun baru Imlek.
Berdasarkan astrologi
tradisional Tionghoa, tahun ini adalah tahun baru Cina yang ke-2.653. Setiap
tahun, dalam astrologi Cina, diwakili satu shio yang memimpin 12 shio lainnya.
Berdasarkan perhitungan astrologi tersebut, tahun ini disebut tahun naga air,
yang hanya muncul 60 tahun sekali.
Menurut kepercayaan Tionghoa
kuno, shio adalah zodiak yang memakai jenis hewan untuk melambangkan tahun,
bulan, dan waktu. Pada dasarnya, ke-12 jenis hewan ini melambangkan 12 cabang
Bumi dan 10 batang tahun yang berupa planet di jagat raya. Kemudian shio
tersebut digabung dengan lima unsur alam, yakni logam, air, kayu, tanah, dan
api, yang membentuk periode 60 tahun.
Dalam bahasa Indonesia, istilah
shio diambil dari dialek Hokkian, yakni sheshio. Ke-12 shio yang
termasuk di dalamnya adalah tikus, kerbau, macan, kelinci, naga, ular, kuda,
kambing, monyet, ayam, anjing, dan babi.
Setiap individu tidak hanya
memiliki satu shio, melainkan tiga shio, yakni shio tahun, shio bulan, dan shio
waktu. Kombinasi dari lima elemen, 12 shio tahun, 12 shio bulan, dan 12 shio
waktu, menghasilkan 8.640 kombinasi. Shio-shio tersebut memiliki makna berbeda
dan di setiap perputaran tahun pemaknaan jalur kehidupan yang sebaiknya
ditempuh oleh tiap-tiap shio akan berbeda pula. Tahun ini digambarkan sebagai
tahun naga air. Naga, dalam kepercayaan tradisional Tionghoa, adalah hewan yang
melambangkan keagungan, kemuliaan, dan kebahagiaan.
Ahli fengshui di
Makassar, Yonsi Lolo, mengatakan makna unsur air dalam shio naga tahun ini
adalah kedatangan rezeki dan keharusan manusia untuk bersabar. “Setiap unsur
ada baik dan buruknya, tapi naga dengan unsur air sendiri melambangkan
kebesaran. Dan sesuai dengan sifatnya, manusia diingatkan tetap bersabar atau
rendah hati dalam menghadapi setiap masalah,” ujar Yonsi.
Hal ini merujuk pada sifat air
yang tenang, mengalir ke tempat yang lebih rendah, dan mampu menyesuaikan diri
di mana pun dan bagaimanapun bentuk wadahnya. Selain itu naga air memiliki
sifat menjernihkan dan mendinginkan. Jadi diramalkan suasana panas pada 2011
menjadi tenang pada tahun ini.
Ramalan melalui shio merupakan
hal umum bagi masyarakat etnis Tionghoa. Hal ini dilakukan agar masyarakat bisa
mengetahui bagaimana kondisi yang akan terjadi di kehidupan mereka, baik dari
segi politik, ekonomi, maupun sosial.
Sekalipun simbol naga air
melambangkan kebesaran, menurut Yonsi, tahun ini naga air dipengaruhi oleh
unsur kayu. Apabila keduanya menyatu, hal tersebut melambangkan kesuburan yang
memiliki hubungan destruktif.
Ia menambahkan, dari segi
sosial, kerusuhan dan gelombang perlawanan rakyat masih akan terjadi meskipun
tidak sehebat tahun-tahun sebelumnya. “Riak-riak kekacauan masih terus terjadi,
hanya tidak terlalu sering seperti sebelumnya,” katanya.
Karena itu, jika dilihat dari
dimensi politik, Yonsi melanjutkan, sudah seharusnya pemangku jabatan di
pemerintahan lebih mementingkan nasib rakyat dibanding kepentingan pribadi
ataupun golongan. Sebab, jika tidak, gelombang kemarahan dari kalangan rakyat
bisa saja memuncak.
Dari sudut pandang ekonomi, ada
harapan besar dalam perbaikan ekonomi secara global. Menurut Yonsi, tahun ini,
kerja sama antarnegara cenderung meningkat, khususnya di bidang perdagangan.
Namun Yonsi menyarankan
masyarakat agar tidak bermain dalam pasar saham. “Gelombang nilai saham itu
naik-turun, ibarat gelombang air, sangat berisiko,” katanya. Sebaliknya, ia
menyarankan warga agar berinvestasi di bidang usaha nyata dan mikro.
Menurut dia, bisnis yang
berkaitan dengan unsur api diramalkan akan laris, seperti bisnis elektronika
dan restoran. Sebab perpaduan unsur yin dan yang, antara api dan
air, sangat mendukung. Ia juga meramalkan bencana alam pada tahun naga air ini
tidak akan begitu banyak.
Wakil Ketua Perwakilan Umat
Buddha Indonesia Sulawesi Selatan Yongris Lao mengatakan, pada dasarnya, setiap
tahun ada kondisi baik dan buruk. Hanya manusia harus menyikapinya dengan baik.
“Setiap tahun akan baik jika
diisi oleh hal-hal yang baik pula. Sudah seharusnya menyikapi tahun ke tahun
dengan perubahan sikap yang lebih baik. Misalnya, kalau diramalkan akan banjir,
berarti masyarakat harus lebih waspada dan peka terhadap lingkungannya,” kata
Yongris. tempo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar