JAKARTA, REALITA Online — Anggota
Dewan dari Komisi I, Teguh Juwarno, berharap pemerintah menilik kembali
kebutuhan dana yang sedang diperlukan negara ini, sebelum membeli pesawat
kepresidenan 737-800 Boeing Business Jet 2 seharga 91 juta dollar AS. Salah
satunya kebutuhan pendidikan, dalam hal ini pembangunan sekolah-sekolah baru
dan berkualitas untuk anak-anak bangsa.
Perlu adanya
kesadaran atau sense of
crisis di tengah realitas, seperti masih banyak sekolah yang
bobrok, anak yang pendidikannya terbatas, dan kurangnya beasiswa ke luar
negeri. Lebih prioritas jika biaya itu untuk membuat generasi kita menjadi ahli
yang mumpuni," ujar Teguh, di Jakarta, Sabtu (11/2/2012).
Namun, kata Teguh,
meski diminta untuk mengutamakan realitas lainnya, rencana pembelian pesawat
ini telanjur direncanakan pada periode DPR terdahulu. Apalagi, perhitungan
untung rugi membeli pesawat ini juga telah dibuat pemerintah, dalam hal ini
Kementerian Sekretariat Negara (Kemsesneg).
Menurut pemerintah,
pembelian pesawat Kepresidenan 737-800 Boeing ini lebih efisien ketimbang
mencarter pesawat komersil. Penghematan keuangan negara mencapai 388,5 juta
dollar AS dalam kurun waktu 35 tahun. Sementara itu, ketika memiliki pesawat,
penghematan yang dapat dilakukan selama 5 tahun mencapai 32.136.121 dollar AS.
Rinciannya,
pembelian pesawat 91.209.560 dollar AS, biaya perawatan dan operasional
36.533.357 dollar AS, biaya depresiasi 10.423.949 dollar AS. Jika ditotal,
angka ini mencapai 138.166.867 dollar AS.
"Kalau kita
bicara hari ini memang kita tidak bisa cegah. Dulu memang sempat dipaparkan keuntungan
dan kerugiannya. Dilihat dari hitungan angka masih menguntungkan punya,
dibanding misalnya jika harus melakukan sewa karena perangkatnya, kan banyak.
Kasus ini ibarat nasi sudah menjadi bubur," jelasnya.
Kini, kata Teguh,
DPR hanya bisa melakukan kontrol agar keberadaan pesawat ini memberikan manfaat
sebesar-besarnya untuk kepentingan negara. Ia berharap tak ada yang salah dalam
pembelian pesawat kepresidenan ini jika memang benar-benar dibutuhkan. kompas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar