Laman

HARTATI DIDUGA MENYUAP UNTUK JEGAL BISNIS ANAK AYIN *** DUA ANAK BUAH HARTATI MURDAYA TERANCAM LIMA TAHUN PENJARA *** ATURAN RSBI HARUS LEBIH RASIONAL DAN REALISTIS *** WASPADA, BANYAK JAMU DICAMPUR BAHAN KIMIA OBAT! *** BNPT: 86 % MAHASISWA DI 5 UNIVERSITAS TENAR DI JAWA TOLAK PANCASILA *** BNPB ALOKASIKAN RP80 MILIAR UNTUK PENANGGULANGAN KEKERINGAN ***

Kamis, 28 Juni 2012

Agus Balita Berkelamin Ganda Belum Tersentuh Pengobatan Medis


Agus-balita berkelamin ganda dipangkku ibunya
KARAWANG, ReALITA Online — Agus Ramdani, balita yang saat ini berumur 22 bulan diketahui memiliki kelamin ganda. Kelainan anak hasil perkawinan Asep bin Kamin dengan Nurhikmah binti Suwarso, hingga saat  ini belum pulih karena kedua orangtuanya itu  tidak mempuyai uang.  Status kelamin balita ini pun tidak jelas laki-laki apa perempuan.
ASEP dan Nurhikmah memberi nama Balitanya Agus Ramdani karena mereka berpegang kepada ungkapan bidan Neneng yang menangani persalinan Nurhikmah pada 13 Agustus 2010 silam, bahwa bayi yang dilahirkan sejatinya adalah laki-laki tapi berkelamim ganda. Karena itu, bidan Neneng menyarankan supaya dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Karawang.
Apa yang disarankan Neneng, ujar Nurhikmah lagi, dia dan Asep suaminya mengiyakan, tetapi tidak dijalankan. Alasannya karena tidak mempunyai uang untuk melakukan rujukan ke RSUD yang disebutkan sang bidan.
Kondisi fisik Agus memang tampak sehat dan tidak melumpuhkan gerak-geriknya kemana ia mau.
Walaupun tidak memiliki uang, namun Asep ayah Agus merasa penasaran setelah  istrinya menyaksikan Agus ketika kencing, ternyata air kencing dari bagian bawah yang ada lobang. Akhirnya mereka membawa Agus ke Puskesmas Tirtajaya. Hasil diagnosa dokter Puskesmas tersebut tidak jauh berbeda  dengan apa yang diungkapkan bidan Neneng sebelumnya. Lagi-lagi Asep tak kunjung melakoni saran dokter.
Dari hari ke minggu dan bulan sampai tahun ketemu tahun hingga Agus Ramdani kini berusia 23 bulan—pengobatan tidak pernah ada. Ironisnya, kedua orangtua Balita malang ini seolah pasrah akan nasib anaknya. Maklum, Asep selaku soko guru dalam rumah tangganya tidak memiliki pekerjaan menetap alias serabutan. Bahkan orangtua pasangan suami istri ini pun tidak memiliki harta benda untuk  keperluan pengobatan Agus  agar kelaminnya bisa dipastikan.
Warga Dusun Kedung Asem, RT.01,RW.01, Desa Sirkanmulyan, Kecamatan Tirtajaya, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, ini sangat jauh dari kemungkinan bisa mengobati Agus putranya semata wayang itu untuk berobat ke rumah sakit.
Menurut pengamatan ReALITA  harapan keluarga yang ekonominya tidak mampu ini, tidak lain hanya perhatian Bupati Kabupaten Karawang Drs H Ade Swara,M Hum, supaya penyakit unik balita Agus bisa tertangani secara medis untuk memastikan kelaminnya.
Mengamati kondisi fisik Agus, tampaknya berkelamin perempuan bukan laki-kaki. Seperti dituturkan Nurhikmah bahwa Agus setiap buang air kecil justru air kencing keluar dari lubang di bagian bawah.
Selain itu, daging yang menonjol keluar mirip kelamin laki-laki diprediksi adalah bagian dari alat kelamin perempuan. Dikarenakan terlalu lama dibiarkan tanpa penanganan medis secara serius, akhirnya kian terbentuk daging berbentuk kelamin laki-laki.           
Sementara itu, Kepala Desa Sirkanmulyan, Rusdi, ketika dikonfirmasi di kediamannya mengatakan tidak  mengetahui ada anak warganya yang berkelamin ganda. Rusdi justru tampak kaget.
“Tidak ada laporan kepada kami, saya baru tahu setelah kedatangan wartawan. Kalau ada laporan, saya pasti segera merujuknya ke RSUD Karawang,” ujarnya.
Keluarga Asep tidak hanya luput dari perhatian Pemerintah Desa Sirkanmulyan. Juga keluarga yang nyata-nyata tidak mampu ini tidak tercatat dalam program pengobatan gratis untuk jadi peserta Jamkesda maupun Jamkesmas.
Mungkin dengan bermodalkan kartu sehat itulah Asep dan Nurhikmah akan meringankan langkahnya menuju RSUD. Akan tetapi, mengapa warga asli Kabupaten Karawang ini luput dari pendataan peserta pengobatan gratis yang selama ini jadi kepentingan politik para pengusaha atau pemegang otoritas di kota lumbung padi itu?
Apapun alasannya, Asep beserta anak dan istrinya penduduk Kabupaten Karawang harusnya mendapat perlakukan yang sama dengan masyarakat lainnya. “Binatang piaraan saja kalau sakit pasti diobati, apalagi Agus anak Indonesia yang tinggal tak jauh dari Rengasdengklok pelopor proklamasi, wajib mendapat perhatian pemerintah tanpa terkecuali,” ujar Nano warga Desa Rengasdengklok Utara. Ust Syamsudin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar