Laman

HARTATI DIDUGA MENYUAP UNTUK JEGAL BISNIS ANAK AYIN *** DUA ANAK BUAH HARTATI MURDAYA TERANCAM LIMA TAHUN PENJARA *** ATURAN RSBI HARUS LEBIH RASIONAL DAN REALISTIS *** WASPADA, BANYAK JAMU DICAMPUR BAHAN KIMIA OBAT! *** BNPT: 86 % MAHASISWA DI 5 UNIVERSITAS TENAR DI JAWA TOLAK PANCASILA *** BNPB ALOKASIKAN RP80 MILIAR UNTUK PENANGGULANGAN KEKERINGAN ***

Sabtu, 16 Juni 2012

WALHI Cium Permainan di Adipura, Kota Bekasi dari Terbersih menjadi Terkotor


BEKASI, ReALITA Online — Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) memberikan catatan khusus atas pemberian penghargaan Piala Adipura 2012 yang diberikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Negara, Selasa (5/6) lalu. Selama ini penghargaan dari Kementrian Lingkungan Hidup kepada sejumlah daerah yang menjadi terbersih dan terkotor tersebut dinilai masih bersifat seremoni dan cenderung menghambur-hamburkan uang. Bahkan, diduga ada permainan di balik penilaian Adipura.
Direktur Eksekutif Nasional WALHI Abetnego Tarigan mengatakan selama ini Piala Adipura tidak memiliki kriteria yang jelas. Karena sejak dulu hanya soal kebersihan dan sampah. ”Seharusnya tidak hanya soal kebersihan. Karena di mana-manapun banyak sampah yang tidak dikelola dengan baik. Tapi seharusnya integral dengan aspek lingkungan lain yang bisa dirasakan masyarakat. Bukti konkretnya, hingga kini masyarakat di daerah yang meraih Piala Adipura pun banyak yang mengkonsumsi air kemasan daripada air tanah yang bersih,” ulas Abetnego.
Penghargaan Adipura, lanjut Abetnego, juga tidak memiliki reward and punishment, serta empowerment, baik bagi yang berpredikat terbersih maupun terkotor. ”Padahal jelas, penghargaan ini diberikan oleh negara melalui pemerintah pusat ke pemerintah daerah. Sehingga harus ada reward and punishment, maupun empowerment. Tapi faktanya, penghargaan yang diberikan layaknya penghargaan swasta yang tidak ada efeknya. Sehingga jangan kaget jika penghargaan ini sering dimanfaatkan sebagai komoditas politik,” ungkap Abetnego.
Dan yang menarik, penghargaan Adipura yang diberikan kepada Kota Bekasi. Seperti diketahui, pada 2010, ketika Pemkot Bekasi masih dipimpin Mochtar Mohammad (MM), kota patriot tersebut meraih Piala Adipura sebagai Kota Terbersih. Tapi dua tahun kemudian, 2012, Kota Bekasi mendapat penghargaan sebagai Kota Metropolitan Terkotor se-Indonesia.
enghargaan terkotor itu setelah Walikota Bekasi dijabat oleh Rahmat Effendi menggantikan MM yang terjerat kasus korupsi, salah satunya dugaan suap Piala Adipura 2010 sebesar Rp 400 juta.
”Kalau soal adanya permainan dalam pemberian penghargaan, sudah rahasia umum. Tidak hanya saya, sebagian masyarakat pun pasti banyak yang tahu. Misalnya, saat tim penilai turun ke lapangan, pasti akan ada entertaint. Sehingga, seolah-olah semua bisa diatur. Apalagi dengan system sectoring, kemungkinan bisa diatur juga besar. Kalau sudah begini, semakin banyak yang skeptis. Karena, semestinya apapun bentuk penghargaan yang diberikan mampu mendorong perubahan,” papar Abetnego.
Terpisah, Kepala Dinas Kebersihan Kota Bekasi Junaedi mengatakan meski sempat terkejut dengan penghargaan yang diberikan kepada kotanya karena tidak tahu apa yang menjadi indikator penilaian dan titik pantau, namun dirinya berharap predikat tersebut akan semakin mempererat sinergi antara eksekutif dan legislatif terkait K3 di Kota Bekasi, yakni Kebersihan, Ketertiban dan Keindahan, yang sudah dilakukan sejak lama setiap hari Sabtu, menjadi lebih baik lagi.
”Dengan penilaian ini, ke depan pihak-pihak terkait harus lebih sungguh-sungguh menjalankan sejumlah upaya untuk menghilangkan citra buruk tersebut. Mulai dari tingkat bawah hingga atas harus melakukan action. Walaupun kita juga sadar seringkali upaya-upaya tersebut terhambat oleh keterbatasan sarana, prasarana maupun anggaran. Tapi yang perlu saya garisbawahi adalah Kementrian Lingkungan Hidup tidak pernah mengatakan bahwa Kota Bekasi sebagai kota terkotor, tapi memiliki nilai terendah,” ulas Junaedi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar