Dari pantauan Kompas.com, di ruang tersebut terdapat 90 komputer. Padahal, jumlah wartawan yang bertugas meliput konferensi tingkat internasional itu mencapai 500 orang. Kementerian Komunikasi dan Informatika yang dipimpin Tifatul Sembiring ini juga dinilai tak memfasilitasi para wartawan yang menggunakan laptop. Pasalnya, nyaris tak ada steker (colokan listrik) di ruangan tersebut. Padahal, di tengah-tengah keterbatasan komputer, para wartawan berharap dapat bekerja dengan menggunakan laptop. Belum lagi koneksi internet yang lambat.
Dalam melakukan peliputan, wartawan nasional dan internasional mengandalkan koneksi internet di ruang media untuk mengirim berita, gambar, dan video. Wartawan media nasional Irianto Indah Susilo membandingkan dengan ruang media KTT Ke-17 ASEAN di Vietnam pada 2010. Menurut Irianto, saat itu panitia menyediakan tak kurang dari 1.000 komputer bagi wartawan se-ASEAN beserta negara mitra ASEAN. Meskipun jumlahnya banyak, kata Irianto, masih ada peliput KTT Ke-17 ASEAN yang tak kebagian komputer. Seorang wartawati asal Indonesia sempat bersitegang dengan wartawan asal Amerika Serikat soal penggunaan komputer.
"Saya tak terbayang apa yang terjadi besok ketika seluruh wartawan se-ASEAN dan wartawan dari negara-negara mitra ASEAN datang. Mereka mau kerja di mana? Tempat sekecil itu," kata Indarti, yang kerap meliput KTT ASEAN.
Secara bercanda, Indarti mengatakan, ruang media pada konferensi internasional kali ini tak ubahnya tenda pernikahan di desa-desa. Panitia juga dipandang tak mengakomodasi materi konferensi. Beberapa wartawan nasional dan internasional yang kerap meliput KTT ASEAN mengatakan, panitia selalu menyediakan materi KTT, seperti naskah pidato para kepala negara. Materi ini penting mengingat banyak pertemuan yang berlangsung tak dapat diliput secara langsung oleh para pekerja media.
Pada pembukaan KTT ASEAN-Uni Eropa, Kamis (5/5/2011) pagi, panitia tak menyediakan materi pidato Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Sekretaris Jenderal ASEAN Surin Pitsuwan. Berbeda dari KTT sebelumnya, panitia kali ini juga tak menyewakan stan untuk para awak media. Beberapa media asing, seperti NHK, terpaksa menyewa kamar di Hotel Sultan untuk bekerja. Padahal, jika panitia menyewakan stan, hal ini dapat mengurangi beban anggaran yang dikeluarkan pemerintah.
Tifatul janji perbaiki fasilitas
Menanggapi keluhan mengenai fasilitas media di forum internasional ini, Tifatul Sembiring menjanjikan akan melakukan perbaikan ruang media. Tifatul mengakui adanya masalah di ruang media. Terkait sempitnya ruang media, ia berkilah, pihaknya hanya mendapatkan tempat seluas itu dari Sekretariat Negara. Namun, Tifatul mengatakan, kementeriannya tengah mengusahakan untuk memperluas ruang media."Kami sekarang sudah mendapatkan function room di bangunan utama," kata Tifatul.
Politisi Partai Keadilan Sejahtera ini juga mengatakan akan menambah kecepatan koneksi internet menjadi 10 gigabyte per detik. Pengadaan steker yang terbatas juga akan segera diupayakan. Ketika dikonfirmasi soal informasi bahwa kementeriannya mengajukan anggaran Rp 4 miliar untuk pengadaan ruang media, Tifatul membantahnya. Menurut dia, angka Rp 4 miliar tak hanya digunakan untuk pengadaan ruang media, tetapi juga iklan luar ruang, peralatan multimedia, dan lainnya. Sayangnya, Tifatul tak menyebut berapa besaran anggaran yang digunakan untuk pengadaan ruang media. kompas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar