Laman

HARTATI DIDUGA MENYUAP UNTUK JEGAL BISNIS ANAK AYIN *** DUA ANAK BUAH HARTATI MURDAYA TERANCAM LIMA TAHUN PENJARA *** ATURAN RSBI HARUS LEBIH RASIONAL DAN REALISTIS *** WASPADA, BANYAK JAMU DICAMPUR BAHAN KIMIA OBAT! *** BNPT: 86 % MAHASISWA DI 5 UNIVERSITAS TENAR DI JAWA TOLAK PANCASILA *** BNPB ALOKASIKAN RP80 MILIAR UNTUK PENANGGULANGAN KEKERINGAN ***

Kamis, 22 Juli 2010

Investor Asing Serbu Kawasan Industri


JAKARTA, ReALITA Online — Konsultan properti Cushman & Wakefield menyebutkan, banyak investor asing yang kini menyerbu kawasan industri untuk pembangunan pabrik. Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang terus menunjukkan peningkatan serta stabilitas politik dan keamanan yang baik mendorong langkah investor asing tersebut.

Menurut Associate Director bidang Industrial Cushman & Wakefield, Wira Agus jika pada kuartal sebelumnya permintaan lebih banyak berasal dari dalam negeri. Kuartal dua 2010 ini ternyata mulai banyak investor asing yang mengajukan permintaan pembangunan pabrik di kawasan industri.

Investor asing itu, ungkap Wira, mayoritas berasal dari Jepang dan China. Mereka menilai Indonesia relatif aman dibandingkan dengan Thailand. "Kita diuntungkan dari kondisi politik dan keamanan Thailand yang sedang memanas. Sehingga banyak investor yang lari dari sana dan mulai berencana membuat pabrik di Indonesia," ujar Wira dalam jumpa pers di kantor Cushman & Wakefield hari ini.

Jika dilihat secara regional, Wira mengatakan, kawasan industri di Indonesia bersaing dengan Thailand, Malaysia , dan Vietnam. Walaupun kondisi infrastruktur di Indonesia masih kalah dibandingkan Thailand, namun dengan kondisi politik dan keamanan di sana, banyak investor beralih ke Indonesia. "Sekarang kita sudah masuk radar para investor. Karena itu lah kondisi stabilitas politik memiliki peran penting dalam peningkatan industri."

Kalau dihitung secara kuantitas, lanjut Wira, memang investor lokal lebih banyak yang membeli tanah di kawasan industri pada kuartal kedua 2010 ini. Namun kalau dilihat dari besarnya luasan, investor asing itu membeli lebih banyak. "Biasanya mereka membeli sampai 40 hektar untuk satu jenis industri."

Dari 99,6 hektar tanah yang terjual di kuartal kedua 2010 ini , menurut Wira, hampir setengahnya dibeli oleh investor asing. Total perusahaan asing yang masuk ke Indonesia untuk kuartal kedua ini ada sekitar 14 perusahaan yang mayoritasnya dari Jepang. Perusahaan yang masuk itu pun mayoritas membangun bina industri makanan. Walau pun ada juga industri otomotif asal Jepang yang masuk, tapi itu tidak banyak.

Tiap daerah di kawasan industri itu pun, ungkap Wira, masing-masing memiliki karakteristik tersendiri. Misalnya di Jakarta, Tangerang dan Bogor, karakteristiknya adalah untuk industri ringan dan medium serta pergudangan. Lalu di Bekasi, Karawang dan Purwakarta adalah untuk industri medium dan otomotif. Sedangkan Serang dan Cilegon adalah untuk industri berat dan bahan kimia.

Saat ini, kawasan industri yang paling banyak terjual menurut Wira adalah daerah Bekasi, Karawang dan Purwakarta. Bahkan 90 persen dari total transaksi yang mencapai 99,6 hektare berasal dari wilayah tersebut. "Sisanya terjadi di kawasan industri Serang dan Bogor."

Bahkan Cushman &Wakefield pun mencatat, transaksi terbesar terjadi di Karawang dengan penjualan 361 ribu meter persegi tanah atau sekitar 36,1 hektare. Lalu posisi kedua tertinggi terjadi di Bekasi yang menjual 181,3 ribu meter persegi atau 18,1 hektare tanah.

Harga penawaran tanah industri dan sewa ruangan industri saat ini pun, ujar Wira, mengalami kenaikan. Hal itu lantaran terjadinya penguatan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika. Perkiraan harga jual rata-rata tanah di kawasan industri itu pun saat ini mencapai Rp 664 ribu per meter atau meningkat 2,4 persen dibandingkan kuartal sebelumnya.

Melihat kondisi seperti itu, Wira mengaku optimistis penjualan di kawasan industri akan semakin tinggi di kuartal berikutnya. Dia memprediksi, hingga akhir 2010 ini akan lebih dari 200 hektare tanah yang terjual.

Bahkan saat ini sudah ada beberapa investor asing asal Korea yang berencana membangun pabrik penunjang otomotif di Indonesia. "Mereka rata-rata berminat membangun pabrik untuk industri penunjang otomotif," tutur dia. TEMPO

Tidak ada komentar:

Posting Komentar