
“Ini yang susah bagi partai politik. Jadi memang tergantung komitmen dan loyalitas kader yang bersangkutan. Kalau mereka berpandangan dengan pindah partai karir politiknya terjamin maka pindahlah dia. Sikap kutu loncat ini sangat disayangkan, kasihan partainya,” ungkapnya di Kantor Presiden, Selasa (12/4) malam.
Dalam konteks ini, kata Suryadharma, individu yang bersangkutan hanya menggunakan parpol untuk kendaraan. Setelah tercapai tujuannya, kendaraan itu lantas dicampakkan begitu saja. “Dia tidak mempedulikan, apa kendaraan itu rusak atau tidak terpakai lagi,” sesalnya.
Karena itu, sejatinya yang dibutuhkan partai saat ini adalah kader-kader yang loyal. Yaitu individu yang memiliki komitmen tinggi serta mempunyai kemauan membesarkan partai. “Itu yang kami harapkan. Jadi sekali lagi kami serahkan ke yang bersangkutan, kalau kami jaga baik-baik, susah juga mau dibilang apa,” ungkapnya.
Di sisi lain, bagi partai baru yang dihinggapi kepala daerah atau wakil kepala daerah, tentu situasi ini adalah sebuah keuntungan besar. Mereka mendapatkan kader baru yang sudah jadi tanpa banyak mengeluarkan keringat.
“Itu untung sekali. Dia mendapatkan kader yang sudah jadi, tanpa melakukan kaderisasi. tanpa biaya-biaya yang besar menjadikan dia sebagai tokoh. Di sisi lain kerugian bagi partai yang ditinggalkan,” bebernya.
Suryadharma menyebutkan partainya juga menjadi korban aksi kepala daerah atau wakil kepala daerah yang pindah partai. “PPP juga ada bupati tapi diambil, ya kami sebut itu kutu loncat, itu sudah halus dibandingkan disebut pengkhianat,” tandasnya.
Perbincangan mengenai kepala daerah atau wakil kepala daerah yang pindah ke partai lain kembali menyeruak setelah Wakil Gubernur Jawa Barat memberikan sinyal kuat bakal bergabung ke Partai Demokrat. Sebelumnya Dede Yusuf merupakan kader PAN. okezone
Tidak ada komentar:
Posting Komentar