
Bagi Gofur, apapun yang terjadi Syarif adalah darah dagingnya. Namun begitu, ia meminta maaf kepada khalayak luas atas segala macam perilaku sang anak yang membuat banyak pihak tak berkenan, terlebih atas tindakan terakhirnya yang telah menyisakan teror bagi masyarakat Kota Cirebon.
“Saya minta maaf kepada warga Kota Cirebon atas perilaku anak saya yang seperti itu,” ungkapnya dengan terbata-bata.
Sebagian benak Gofur masih lekat dibayangi tingkah polah Syarif yang semasa masih bersamanya sebagai sebuah keluarga utuh, dikenalnya sebagai anak yang lurus alias tak neko-neko. Ia tergolong anak baik dan mampu menghafal Alquran.
“Sekira tahun 2009 saya merasakan perangai Syarif berubah jauh. Ia menjadi temperamental dan suka menghakimi siapapun yang tak disukainya,” ungkapnya.
Selain perubahan sikap, Syarif juga mengalami perubahan penampilan. Jika sebelumnya Syarif mengenakan pakaian kasual seperti kebanyakan orang, tahun itu ia mulai mengenakan jubah hitam yang menutupi seluruh tubuhnya, namun tanpa dilengkapi sorban.
Sejak itu pula dirinya sering berdebat dengan Syarif mengenai makna jihad. Bagi Gofur, jihad lebih bermakna pada menahan amarah, sementara sang anak dan kawan-kawannya memahami jihad sebagai upaya meluruskan akidah.
Maka, ketika kepolisian memperlihatkan foto yang diduga sebagai pelaku bom bunuh diri di Mapolresta Cirebon ia pun nyaris tak begitu terkejut. Bahkan 80 persen meyakininya sebagai Syarif yang telah berubah perangainya.
Gofur sendiri tak bisa memastikan doktrin semacam apa dan dari mana Syarif mendapatkannya. Namun pada akhirnya ia mengikhlaskan kepergian sang anak dengan cara yang dipilihnya sendiri. okezone
Tidak ada komentar:
Posting Komentar