Add caption |
JAKARTA, ReALITA Online — Sebuah jamban putih bermerek
Toto dipamerkan ke hadapan pewarta di kantor Indonensia Corruption Watch (ICW),
Minggu (15/1/2012). Jamban tersebut ditopang batu bata dan dipajang dengan
latar belakang tulisan "Jamban DPR Jangan Bebani Rakyat".
Kehadiran
jamban putih itu bukan tanpa maksud. Peneliti korupsi politik ICW, Apung
Widadi, mengatakan bahwa jamban rakyat ini sengaja dihadirkan untuk mengejek
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang mengadakan proyek renovasi jamban dengan
menelan anggaran Rp 2 miliar.
"Kita
ingin mengejek DPR soal kebijakan toilet, gedung Banggar. Ini adalah jamban
yang ada di masyarakat. Jamban masyarakat cukup kurang, kenapa DPR renovasi
toilet yang masih bagus hingga Rp 2 miliar," kata Apung dalam jumpa pers
di Jakarta, Minggu.
Sikap ini
disampaikan Apung mewakili Koalisi Anti Mafia Anggaran yang terdiri dari
lembaga swadaya masyarakat lainnya, Indonesia Budget Center (IBC) dan Pusat
Studi Hukum dan Kebijakan (PSHK). Dana Rp 2 miliar yang dianggarkan DPR untuk
merenovasi toilet, katanya, sedianya dapat memenuhi kebutuhan pembangunan 174
kamar mandi cuci kakus (MCK) di perkampungan miskin.
Peneliti IBC,
Roy Salam, menambahkan, DPR tidak transparan dalam mengadakan proyek tersebut.
Pada proyek renovasi toilet, misalnya, tidak dijelaskan bagian mana dari toilet
yang akan diperbaiki.
"Apa yang
harus diperbaiki? Apakah toilet itu dibongkar? Atau, cuma aksesorinya? Kalau
kerannya yang rusak, kerannya saja yang diperbaiki," ucapnya.
Berdasarkan
data IBC, setiap tahunnya, DPR menganggarkan miliaran rupiah untuk perbaikan
toilet. Dalam APBN 2009, biaya yang dianggarkan untuk renovasi toilet mencapai
Rp 2,98 miliar, sementara 2010 mencapai Rp 1,76 miliar. kompas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar