![]() |
ilustrasi hasil pertanian |
KUPANG, REALITA
Online —
Sekitar 75 persen produk pertanian di
NTT termasuk di Kabupaten Sikka terkontaminasi bahan kimia yang berasal dari
pestisida dan pupuk non-organik. Pemerintah perlu mengambil langkah strategis
untuk menyelamatkan wilayah pertanian.
Anggota
DPRD NTT asal daerah pemilihan Sikka, Ende, Nagekeo dan Ngada, Oswaldus
mengatakan ini kepada wartawan di Kupang, Jumat (10/2).
Menurut
Oswaldus, penggunaan bahan kimia yang berlebihan itu mengakibatkan kualitas
tanah dan tanaman rusak yang pada akhirnya berdampak pada tingkat kesehatan
konsumen.
Memang
belum ada penelitian khusus tentang hal ini, tapi penggunaan bahan kimia yang
berlebihan tentunya membawa dampak buruk untuk beberapa waktu ke depan.
Penggunaan
bahan kimia yang berlebihan tersebut karena pemerintah lebih mengutamakan
peningkatan produktivitas, bukan aspek keberlanjutan.
“Pengadaan
bahan kimia dalam jumlah besar menunjukkan pemerintah sedang melakukan proses
pemiskinan secara terstruktur. Pemerintah harus mampu meningkatkan kapabilitas
petani untuk menghasilkan pupuk organik dalam menjawabi kebutuhan akan pupuk,”
kata Oswaldus.
Anggota
Fraksi Gabungan dari PPRN ini berargumen, mengingat 90% masyarakat NTT termasuk
Kabupaten Sikka berkecimpung di bidang pertanian, pemerintah perlu melakukan
sejumlah langkah strategis.
Harus
ada daerah atau peta yang menjadi penyangga pangan, seperti padi, jagung dan
hortikultura. Pengembangan peta ini disesuaikan karakteristik wilayah.
Selain
itu, lanjut Oswaldus, pemeritah harus melakukan revitalisasi di bidang
pertaian. Untuk hal ini perlu diperhitungakn aspek stabilitas, ekuitabilitas
atau pemerataan, produktivitas, suistabilitas, dan aksesibilitas.
Semua
aspek ini harus dilaksanakan secara komprehensif. Karena akibat penggunaan
bahan kimia yang berlebihan, lingkungan pertanian telah rusak.
Oswaldus
ungkapkan, salah satu langkah yang diambil pemerintah untuk menyelamatkan
wilayah pertanian yang telah rusak adalah perlu mengalokasikan dana yang cukup
besar di bidang pertanian.
Realita
pengalokasian dana yang ada saat ini menunjukkan tidak adanya keberpihakan
pemerintah dalam menyelamatkan pertanian. Karena alokasi anggaran pengadaan
pupuk organik untuk seluruh NTT hanya 100 ton, sedangkan pupuk kimia
dialokasikan miliaran rupiah.
Ia
menyampaikan, dalam rangka mendukung ketahanan atau kedaulatan pangan,
pemerintah perlu melakukan diversifikasi pangan, mulai dari pola tanam hingga
pola makan. Karena masyarakat hanya menjadikan beras sebagai satu-satunya
pangan, sementara kandungan karbohidrat di pangan lokal juga cukup tinggi.
Akibat
pola konsumsi telah menyebabkan sejumlah pangan lokal sudah mulai punah.
Menjawabi permasalahan ini, harus diimplikasikan dari sekarang dengan mengubah
pola tanam dan pola konsumsi yang terkesan mulai instan.
Ketua
DPRD NTT Ibrahim Agustinus Medah tegaskan, pemerintah harus konkrit melakukan
intervensi terhadap pelaksanaan program di bidang pertanian.
Misalkan
berkaitan dengan tekad menjadikan NTT sebagai provinsi jagung. Jika hanya
bagi-bagikan bibit tanpa intervensi, masyarakat petani pun dalam
mengerjakannya, karena mereka juga punya bibit. Dibutuhkan tenaga lapanga yang
handal untuk menjabarkan program di bidang pertanian. Inilah.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar