ReALITA
Online — Sekitar 34 Tenaga Kerja
Wanita (TKW) asal Kabupaten Bekasi, Karawang, Indramayu, dan Cianjur, Provinsi Jawa
Barat, putus komunikasi.
PERISTIWA
tersebut terungkap saat orangtua TKW tersebut menghubungi majikan mereka lewat
telepon. Bahkan yang didapat adalah ungkapan berbahasa Arab yang sudah pasti
tidak dimengerti para orangtua. Maklum, kalau telepon di negeri asing nan jauh
langsung terputus.
TKW
berjumlah 34 orang tersebut lebih banyak berasal dari Kabupaten Karawang, yakni
25 orang asal Kecamatan Majalaya, Jayakerta, Tirtajaya, Cilamaya Wetan dan
Cilamaya Kulon. Kemudian 7 orang dari Kecamatan Pebayuran dan Suka Karya,
Kabupaten Bekasi, dan 1 orang dari Kecamatan Semaya, Kabupaten Indramayu, berikut
1 orang dari Kecamatan Tanggeng, Kabupaten Cianjur.
Memang
keempat kabupaten tersebut masyarakatnya dikenal asal TKW terbanyak di Provinsi
Jawa Barat. Meskipun peristiwa menyedihkan selalu menimpa TKW dari daerah
tersebut—tidak membuat calon TKW jadi surut mengurungkan niatnya menjadi TKI ke
negara yang membutuhkan mereka.
Seperti
yang dialami oleh Acim warga Kampung Krajan RT.09 RW.02, Desa Jaya Makmur, Kecamatan Jaya Kerta, Kab. Karawang. Sejak
PT Adi Santana Kencana Mas memberangkatkan Acih Binti Acim anaknya ke Jordania
tanggal 4 April 2001 hingga kini atau hampir 11 tahun Acim belum bisa
berhubungan dengan Acih anaknya.
Begitu
juga Mahpud warga Kampung Sepat Kerep, RT.16 RW.04, Desa Cikarang, Kecamatan
Cilamaya Wetan, Kab. Karawang hingga saat ini belum bisa berkomunikasi dengan
Susanti yang diberangkatkan PT Antar
Indo Sadya tanggal 1 Nopember 2007.
Keluhan
serupa diungkapkan oleh Jenggot ayah Tuti warga Kampung Ciwaru, RT.07 RW.04,
Desa Srikanmulya, Kecamatan Tirtajaya, belum bisa dihubungi sejak
diberangkatkan PT Jasebu Prima Internusa ke Saudi Arabia tanggal 4 April 2005.
Surta
warga Kampung Sukajaya , RT.01 RW.05, Desa Kemiri,Kecamatan Jaya Kerta, Kab.
Karawang selalu dihantui rasa kuatir akan nasib Sukiah yang diberangkatkan PT
Amil Fajar ke Jordania pada 25 Juni 2001, mengalami nasib yang sama putus
komunikasi.
Ungkapan
yang sama juga disampaikan Anwar Efendi soal nasib Wartini anaknya yang sama
sekali tidak diketahui rimbanya sejak 1 Mei 2004 meninggalkan kampung halaman. Ironsinya,
sponsor dan nama PJTKI yang merekrut dan memberangkatkan anaknya, tidak
diketahui.
Singkatnya,
orangtua dan sanak saudara 34 TKW, keluhan mereka sama, yaitu komunikasi
terputus hingga sekarang. Mereka pun mengatakan belum pernah merasakan seperti
apa hasil jerih payah anak mereka di negeri orang.
“Boro-boro
Real pak dikirim, di mana anak saya sebenarnya berada belum saya ketahui. Saya
temui sponsor yang merekrut anak saya Nopi Yanti selalu menghindar,” tutur Doni
Rahman warga Kampung Pulau Semut, RT.10 RW.05, Desa Suka Laksana, Kecamatan
Suka Karya.
Menurut pengamatan ReALITA
bahwa kondisi ekonomi orangtua 34 TKW tersebut tergolong dari masyarakat kurang
mampu. Karena itu, mereka sangat mengharapkan uluran tangan relawan untuk
mencari tahu di negeri mana anak-anak mereka sebenarnya.
Selain itu, para calo TKW
diharapkan tidak meninggalkan derita orangtua TKW yang ia rekrut dan dikirim ke
PJTKI, sebaiknya membantu mereka dengan cara menuntun ke perusahaan yang
memberangkatkan. Dengan kesediaan sponsor bisa menjadi solusi bagi orangtua dan
sanak keluarga TKW. Ust
Syamsudin
Selamat malam, min dapat data ini darimana? Tau lokasi pt adi santana kencana mas ga? Bibi saya lewat pt adi santana kencana mas jadi tkw udah 14 tahun ga adaakabar
BalasHapus