Laman

HARTATI DIDUGA MENYUAP UNTUK JEGAL BISNIS ANAK AYIN *** DUA ANAK BUAH HARTATI MURDAYA TERANCAM LIMA TAHUN PENJARA *** ATURAN RSBI HARUS LEBIH RASIONAL DAN REALISTIS *** WASPADA, BANYAK JAMU DICAMPUR BAHAN KIMIA OBAT! *** BNPT: 86 % MAHASISWA DI 5 UNIVERSITAS TENAR DI JAWA TOLAK PANCASILA *** BNPB ALOKASIKAN RP80 MILIAR UNTUK PENANGGULANGAN KEKERINGAN ***

Senin, 07 Mei 2012

Umar Sulap Eceng Gondok Citarum Jadi Perabot


Umar sedang duduk di kursi eceng gondok buatannya
PURWAKARTA, ReALITA Online Usaha yang dirintis Umar (50), warga Desa Kutamanah, Kecamatan Sukasari, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, layak jadi alternatif mengatasi meledaknya populasi eceng gondok di aliran Sungai Citarum. Berbekal ketekunan dan keterampilan, tanaman liar itu bisa disulap jadi meja dan kursi.
Usaha Umar tergolong baru. Setelah menerima pelatihan dari Perum Jasa Tirta (PJT) II tahun 2010, Umar dan beberapa warga Kecamatan Sukasari, kecamatan di seberang Waduk Ir H Djuanda Jatiluhur, membuka usaha pembuatan meja dan kursi berbahan baku eceng gondok. Meski masih relatif kecil, usaha itu bertahan hingga kini.
"Bahan baku eceng gondok sangat melimpah, banyak lokasi di aliran Sungai Citarum ditumbuhi tanaman liar itu. Saya membeli eceng gondok kering dari warga di sekitar Bendung Curug di Desa Mulyasejati, Kecamatan Ciampel, Kabupaten Karawang. Namun, lokasi tumbuhnya eceng gondok sebenarnya ada di mana-mana dan itu bisa dimanfaatkan," kata Umar.
Umar kini mengolah sekitar 250 kilogram eceng gondok kering per bulan. Dari bahan baku sebanyak itu, Umar bisa membuat 2-3 set meja dan kursi tamu yang dia jual Rp 2,5 juta per set.
Sambil keliling mengikuti pameran-pameran, Umar dan beberapa perajin di desanya terus memproduksi meja-kursi eceng gondok. Perajin lain tersebar di beberapa desa di Kecamatan Sukasari, yakni Ciririp, Kertamanah, dan Parungbanteng.
Desa-desa itu selama ini terisolasi akibat buruknya kondisi jalan. Akibatnya, mobilitas warga lebih sering mengandalkan moda transportasi air melalui Waduk Ir H Djuanda.
Eceng gondok menjadi persoalan tersediri bagi Citarum. Tanaman itu tumbuh subur di beberapa sudut aliran. Tak jarang keberadaannya menghambat aliran dan menutup saluran air di pintu-pintu pembagi, seperti kerap terlihat di Bendung Curug dan Bendung Walahar. kompas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar