Laman

HARTATI DIDUGA MENYUAP UNTUK JEGAL BISNIS ANAK AYIN *** DUA ANAK BUAH HARTATI MURDAYA TERANCAM LIMA TAHUN PENJARA *** ATURAN RSBI HARUS LEBIH RASIONAL DAN REALISTIS *** WASPADA, BANYAK JAMU DICAMPUR BAHAN KIMIA OBAT! *** BNPT: 86 % MAHASISWA DI 5 UNIVERSITAS TENAR DI JAWA TOLAK PANCASILA *** BNPB ALOKASIKAN RP80 MILIAR UNTUK PENANGGULANGAN KEKERINGAN ***

Selasa, 26 Juni 2012

Dulu Kuta Tandingan Angker dan Menakutkan


hutan Kuta Tandingan
KARAWANG, ReALITA Online — Kuta Tandingan dulu merupakan hutan belantara yang dianggap angker dan menyeramkan sehingga membuat bulu kuduk setiap orang berdiri ketika berada di hutan tersebut. Ditambah lagi cerita  mitos dan goib di hutan tersebut.
ORANGTUA di Desa Mulyasejati selalu berpesan kepada anak-anaknya jangan pernah mencoba berani masuk atau berkunjung ke Kuta Tandingan. Sebab tempat itu ditumbuhi hutan belantara serta berbagai jenis binatang buas ada dalam hutan.
Alkisah orangtua dulu, jika sesorang bermaksud jiarah kemudian menebang sebatang pohon saja di sekitar hutan Kuta Tandingan apalagi mempuyai niat buruk, akan menemukan keajaiban di luar akal sehat.
Jika merasakan haus di tengah hutan itu, lalu mengucapkan “pingin minum”, tidak lama kemudian tak disangka-sangka hujan pun turun.
Sedangkan penjiarah menghendaki kekayaan artinya menduakan Tuhan, tiba-tiba binatang datang menyongsong, kemudian penjiarah tersesat tidak tahu arah pulang. Akhirnya, tidak sedikit yang menjadi stres dan hilang ingatan.
Berbagai keajaiban tersebut kini sudah tiada, pasalnya para penggarap tanah Perum Perhutani tidak sedikit yang menebangi pohon-pohon besar karena lahan dijadikan tempat permukiman dan usaha pertanian.
Penguasaan lahan Perhutani tidak hanya sebatas di sekitar Kuta Tandingan bahkan sudah merambah tempat-tempat keramat sekalipun demi keuntungan individu dan kelompok tanpa menghirauan kelestarian alam serta tempat yang memiliki nilai sejarah.
Berdasarkan pengamatan di lapangan, yang sangat disayangkan bahwa para perambah hutan dan yang menempati lahan-lahan Perhutani hampir 60% pendatang bukan masyarakat Kabupaten Karawang. Mereka mayoritas dari luar Kabupaten Karawang melainkan urban dari luar Pulau Jawa.
Garapan tanah Perhutani pun kini makin mahal apabila penggarapnya melakukan over garapan.Terlebih orang yang berkantong tebal bahkan hingga mantan pejabat berlomba membeli tanah garapan. Sementara garapan yang telah dibebaskan itu ditempati oleh orang-orangnya.
Jaga dan Lestarikan Kuta Tandingan
Ki Ma’mun Nawawi,SAg pengasuh Pondok Pesantren Tarbiyatul Ulum yang juga Ketua Umum Yayasan Kuta Tandingan meminta kepada segenap penggarap tanah milik Perutani di wilayah Kuta Tandingan supaya menjaga kelestarian tempat-tempat yang memiliki mitos Kuta Tandingan.
“Saya tidak bisa melarang siapapun yang menggarap tanah milik Perum Perhutani karena bukan kewenangan kami, melainkan kewenangan pihak Perum Perhutani. Tapi sebagai warga Kabupaten Karawang, saya mohon kepada semua warga yang ada di tanah Perum Perhutani saya memohon supaya menjaga kelestarian mitos Kuta Tandingan. Kita jaga kelestarian alamnya serta kita sama-sama menjaga tempat yang memiliki gaib itu agar tidak punah,” pinta Ki Ma’mun dengan penuh harap.
Dia pun sangat mengharapkan Kepala Dinas Pariwisata  dan Budaya Kabupaten Karawang, Drs H Acep Jamhuri, yang juga putra Karawang supaya memalingkan perhatiannya terhadap keberadaan Kuta Tandingan agar dijadikan objek wisata dan tempat penjiarahan. Akhmad Unyil

Tidak ada komentar:

Posting Komentar