Laman

HARTATI DIDUGA MENYUAP UNTUK JEGAL BISNIS ANAK AYIN *** DUA ANAK BUAH HARTATI MURDAYA TERANCAM LIMA TAHUN PENJARA *** ATURAN RSBI HARUS LEBIH RASIONAL DAN REALISTIS *** WASPADA, BANYAK JAMU DICAMPUR BAHAN KIMIA OBAT! *** BNPT: 86 % MAHASISWA DI 5 UNIVERSITAS TENAR DI JAWA TOLAK PANCASILA *** BNPB ALOKASIKAN RP80 MILIAR UNTUK PENANGGULANGAN KEKERINGAN ***

Sabtu, 17 Juli 2010

Warga Mohon Presiden SBY Pindah ke Istana


JAKARTA, ReALITA OnlinePresiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) diminta tidak tinggal lagi di Cikeas, Bogor. Sebab keberadaan SBY dan keluarga di wilayah itu dinilai membuat sengsara warga yang tinggal di kawasan yang dilewati Presiden, seperti Cibubur.

TOPIK ini marak dan menghangat di Twitter. Najwa Shihab pembawa acara di MetroTV, yang pertama kali melempar isu itu. Follower Najwa yang berjumlah ribuan pun turut berkicau seketika.

Surat pembaca Kompas hari ini:"Pak SBY mohon pindah ke istana, kami saban hari sengsara tiap anda & klg keluar dr rmh di Cikeas," begitu tulis Najwa Shihab.

Yang dimaksud Najwa adalah surat pembaca dari Hendra NS yang menuliskan uneg-unegnya di rubrik Redaksi Yth Haria Kompas edisi Jumat (16/7/2010). Warga Cibubur itu mengaku mengalami hal tidak mengenakkan dengan iring-iringan SBY saat hilir mudik ke rumah pribadinya di Cikeas ke Istana Kepresidenan di Jl Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat.

"Sebagai tetangga dekat Pak SBY, hampir saban hari saya menyaksikan arogansi Patroli dan Pengawalan (Patwal) iring-iringan Presiden di jalur Cikeas-Cibubur sampai Tol Jagorawi. Karena itu saya dan mayoritas pengguna jalan itu memilih menghindar dan menjauh bila terdengar sirene Patwal," tulis Hendra.

Hendra juga mengalami perlakuan yang sangat tidak mengenakkan dari para pengawal orang nomor satu di Indonesia itu pada Jumat 9 Juli sekitar pukul 13.00 WIB di pintu Tol Cililitan.

Padahal saat itu, Hendra sudah menghentikan mobilnya di pinggir jalan karena rombongan SBY hendak melalui jalan tersebut. Hendra tidak sendirian, ada banyak mobil yang juga berhenti di belakang Hendra.

"Mobil Patwal yang tepat di depan saya dengan isyarat tangan memerintahkan saya untuk bergerak ke kiri. Secara perlahan saya pun ke kiri," kata Hendra.

"Namun, muncul perintah lain lewat pelan tampa suara untuk menepi ke kanan dengan menyebut merek dan tipe mobil saya secara jelas. Saat-saat ke kanan, Patwal di depan murka dan bilang ke kiri. Saya ke kiri, suara dari pelantam membentak ke kanan. Saya bingung dan panik, saya pun diam menunggu perintah mana yang saya laksanakan," lanjut Hendra.

Karena Hendra diam, petugas Patwal yang berada di dalam mobil turun dari mobil dan memukul kap dan spion mobil Hendra. Tak cuma itu, petugas itu bahkan mengeluarkan kalimat ancaman.

"Apa mau Anda saya bedil (tembak)," tulis Hendra menirukan petugas Patwal itu. Pengalaman ini menimbulkan trauma bagi Hendra dan putrinya.

Di akhir suratnya, Hendra meminta kepada SBY agar tidak tinggal di Cikeas lagi dan menetap di Istana. "Pak SBY yang kami hormati, mohon pindah ke Istana Negara sebagai tempat kediaman resmi Presiden. Betapa kami saban hari sengsara setiap Anda dan keluarga keluar dari rumah di Cikeas. Cibubur hanya lancar buat Presiden dan keluarga, tidak untuk kebanyakan warga," ucapnya memohon. Putra, Kompas.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar