JAKARTA, ReALITA Online — Pengertian yang terlalu sempit untuk menjadikan Jakarta sebagai kota jasa dan perdagangan internasional membuat kota ini cenderung diekploitasi.
Planolog Universitas Trisakti, Yayat Supriatna, menilai pembangunan pusat belanja atau mal saat ini belum memiliki konsep yang jelas dan cenderung mengejar target dengan membangun mal sebanyak-banyaknya.
"Apakah telah menunjang Jakarta menjadi pilihan utama konferensi dan kegiatan internasional? Sekarang malah ditinggalkan karena Jakarta menjadi lebih macet," ujar Yayat kepada wartawan, Selasa 20 Juli 2010.
Jakarta, Kota dengan Mal Terbanyak di Dunia
Pusat belanja atau mal di Jakarta sudah tumbuh di luar kendali. Banyak kawasan yang semula tidak direncanakan menjadi kawasan bisnis harus beralih fungsi menjadi kawasan komersil.
Menurut Planolog Universitas Trisakti, Yayat Supriatna, mal yang ada di Jakarta sudah melebihi batas ideal. Jumlahnya pusat belanja yang ada di Jakarta mencapai 170 lebih dan telah melebihi batas ideal dari jumlah penduduknya. Hal ini yang membuat Jakarta tidak lagi menjadi kota yang ideal. Masyarakat Jakarta kerap menjadikan mal sebagai obat depresi dan stres.
"Harusnya ada skala untuk mengatur agar jumlah mal tidak tumbuh dengan sangat pesat. Meski atas nama globalisasi dan perdagangan internasional," ujar Yayat.
Masyarakat Jakarta yang kerap menjadikan mal sebagai obat depresi dan stres membuat pengembang terus mengembangkan ide mereka untuk membangun pusat belanja yang memiliki banyak fungsi.
"Fungsi taman kota hilang. Sekarang kalau ingin apapun ada di mal. Tidak sekedar belanja, ada sarana olahraga, hiburan, dan banyak kebutuhan lain yang cenderung untuk pelarian," ujar Yayat.
Yayat menambahkan, banyak kawasan yang seharusnya menjadi daerah resapan air dan ruang terbuka hijau berubah menjadi kawasan bisnis. Penyabab utama invasi kawasan hijau menjadi kawasan komersil, bersumber dari penegakan tata ruang wilayah di DKI Jakarta yang sangat kendor.
Banyaknya pembangunan mal di Jakarta ini, juga meresahkan sejumlah kalangan. Terakhir adalah polemik pembangunan mal di Taman Ria Senayan. Rencana pembangunan mal itu diungkapkan Kurnia Ahmadi, perwakilan PT Ario Bimo (penyewa lahan), usai Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi II DPR dan Kementerian Sekretaris Negara di gedung DPR, Senin, 19 Juli 2010
"Konsepnya nanti menjadi entertainment center atau pusat hiburan yang dilengkapi dengan taman kota. Kami menggandeng Lippo sebagai operator," kata Kurnia.
Pembangunan mal di Taman Ria Senayan ini, menurut Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo belum memiliki izin analisisi mengenai dampak lingkungan (Amdal). DPRD DKI juga meminta pembangunan mal di Taman Ria dihentikan. Viva
Tidak ada komentar:
Posting Komentar